Powered By Blogger

Jumat, 02 April 2010

part 2

Part 2

Namun, kami mencoba untuk menelusuri tempat yang sangat horror itu. Ya, karena tempat itu dipenuhi dengan banyak kuburan dan pohon bambu. Lalu, kami pun tiba di tempat yang paling atas, karena kami bermaksud untuk mencari air. Namun, apa yang terjadi ? jalan yang kami kira sangat terjal,bahaya, ekstrim,dsb, ternyata di bawah nya hanya ada rel kereta api. Sungguh kami sangat kebingungan. Karena kami tidak patah semangat, akhirnya kami pun menanyakan pada seorang bapak tua yang sedang ngarit. Kami pun bertanya : “pa, ari leuweung tiis jauh keneh ?” ( translate : pak, kalau leueweung tiis masih jauh?) dan si bapa pun menjawab ; “ ti marana ieu ? jauh atuh jang. Kadungora oge teu acan kalewat.” ( translate : dari mana ini ? masih jauh de, kadungora aja belum nyampe). Lalu kami pun dengan sangat menyesal turun lagi ke jalan raya untuk pergi ke leuweung tiis itu.

Kami tidak berpikir panjang, ketika ada elf yang melewat, maka kami langsung menunjuk elf itu untuk pergi ke leuweung tiis. Namun, apa hasilnya ? semua elf yang melewat, penuh dengan penumpang. Setelah lama kami menunggu elf itu, akhirnya kami pun langsung bertanya pada seorang pemuda; “a, ari didieu aya angkot nu ka leles teu ?” (translate : a, kalau disini ada angkot yang langsung ke leles ga ?) si pemuda itu pun menjawab; “duh, didieu ma teu aya, paling jalan heula nepi ka pasar , engke diditu seueur angkot, tapi lumayan jauh keneh” ( translate : duh,disini mah ga ada, paling jalan dulu sampai pasar, nanti disana banyak angko, tapi lumayan masih jauh dati sini). Lalu tanpa berpikir lagi kami pun langsung berangkat menuju pasar itu, meskipun perjalanan sangat jauh, tapi kami tetap semangat pergi kemping.

Sungguh jauh perjalanan menuju pasar, namun tidak terasa kita sudah tiba di pasar kadungora. Kami pun segera menunggu angkot yang menuju leles lewat. Akhirnya, angkot yang kami tunggu pun ada juga. Kami pun langsung naik angkot itu. Setelah di angkot, kami bercanda gurau membahas tentang nyasar tadi. Sungguh sangat menyenangkan membahas soal nyasar tadi. Tidak lama kemudian, kami tiba di leles, dan langsung bertanya pada supir : “pa, ari ieu ka leuweung tiis? Palih mana pa ?” ( translate : pa, kalau ini mau ke leuweung tiis ? sebelah mana pa ?) dan pa supir pun menjawab : “muhun ieu the leuweung tiis (sambil menghentikan mobilnya karena sudah tiba)”. Tapi, tidak ada sama sekali tempat untuk kemping. Tiba-tiba ada seorang ibu yang langsung melontarkan pendapatnya; “bade kemping jang ? tong didieu atuh, engke we di payun, namina citiis. Di ditu mah aya air terjun na. didieu mah teu aya tempat kemping.” ( translate : mau pada kemping de? Jangan disini, nanti aja di depan, namanya citiis. Disana mah ada air terjun, dan memang sering dipake tempat kempng). Bambang, hendra,gun-gun dan esa yang sudah turun pun akhirnya naik kembali. Sungguh tidak disangka, kami akan salah lagi turun, tapi seorang ibu itu membantu kami dalam perjalanan. Kami sangat berterima kasih kepada ibu itu.

Kami kira bahwa citiis dan leuweung tiis itu sama, tapi ternyata beda. Citiis masih jauh, karena harus melewati jalanan yang berbelok-belok. Selain itu, nama daerah nya pun berbeda .Akhirnya , setelah kami kesal duduk di angkot, tiba-tiba supir itu berhenti yang menandakan bahwa kami telah tiba. Kami pun lekas membayar angkot dan langsung turun. Tapi kami bingung, karena tidak ada sama sekali tanda-tanda air terjun. Kami pun menyebrang jalan dan langsung mengikuti kemana arah jalan itu pergi. Ketika kami sedang berjalan, tiba-tiba ada sebuah truk pasir yang mengklakson, dan pak supir nya berbicara: “citiis ? hayu naek” . Kami yang awalnya ragu untuk naik truk itu akhirnya naik truk yang masih ada bekas pasir-pasir. Kami pun naik truk itu, dan melewati rumah penduduk. Awalnya firasat kami tidak enak, tapi kami mencoba berpikir positif, dan ternyata benar, pak supir membawa kami pergi ke gunung. Gunung yang penuh dengan bebatuan dan pasir, serta panas yang sangat menyengat membuat kami yakn bahwa kami akan di culik.

Tapi, apa yang terjadi ? “WOW,” subhanalloh!!” itu yang kami katakana, karena kami sedang melihat dua gunung yang berbeda, dan kami berada di sana. Yang kiri gunung yang sangat panas, penuh pasir dan bebatuan, serta tidak ada satupun pohon yang ada disana, yang ada hanya truk yang sedang mengangkut pasir dan bebatuan. Tapi, ketika kami lihat gunung yang sebelah kanan, sungguh luar biasa, gunung yang masih sangat indah, pohon yang sangat lebat, suasana yang sejuk, dan sepi memmbuat kami ingin segera kesana. Tanpa basa-basi lagi, kami langsung pamitan dan berterima kasih kepada pa supir yang telah mengantarkan kami ke daerah yang sangat “aneh”. Kami segera menuju gunung yang sangat indah itu. Tapi, sebelum memasuki kawasan gunung itu, kami harus menelusuri gunung yang tidak ada satupun pohon, dan sangat panas.

Awal yang sangat indah, ketika kami baru saja memasuki kawasan gunung itu, terdengar suara air yang mengalir, dan binatang-binatang yang berada di sana. Kali ini nampaknya berhasil, kami sudah tak sabar untuk memasuki gunung, dan meminum air itu.

(to be continued in part 3)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar