Powered By Blogger

Jumat, 02 April 2010

Kemping yang seru


Part 1

Sehabis maghrib, seperti biasa kami ( esa, rama, bambang,rubi,aris, irfan, gun-gun, alam,dan hendra) ngobrol sejenak untuk berdiskusi apapun. Lalu aris mengusulkan bagaimana kalau suatu saat kemping, dan kami pun memang sedang ingin liburan, jadi apa salahnya ajakan itu kami tolak. Lalu dengan cepat gun-gun merespon ; “eh, kamari lanceuk urang kakara kemping di leuweung tiis garut, enakkeun da tempatna. Kemping kadinya we yu ?” (translate : eh, kemarin kakakku baru kempung di leuweung tiis garut, tempatnya enak koq, kemping kesana aja yuk ?). Menurutku itu ide yang sangat fantastis, karena kami yakin bahwa gun-gun sudah pernah kesana dan mengetahui tempatnya. Namun, bambang berpendapat lain, dia mengusulkan agar kempingnya di puntang saja. Tapi kami bingung , karena untuk masuk kesana harus membayar uang masuk.

Setelah sekian lama kami membincangkan tempat,dan badget yang diperlukan,Ternyata kami putuskan untuk kemping ke leweung tiis garut, karena ongkos yang murah yang membuat kami bersemangat untuk pergi. Kami putuskan untuk kemping pada hari sabtu-senin pagi di leuweung tiis. Kami pergi pada hari sabtu pagi dan kumpul di masjid. Pada saat itu yang ikut hanya 8orang ( rama,esa,aris,gun-gun,eon,ziki,bambang dan hendra). Kami pun lekas pergi dari masjid dan segera pergi ke stasiun kiara condong, karena kami pergi menggunakan kereta dilanjutkan dengan menggunakan angkot di cicalengka.

Singkat cerita, kami pun sudah tiba di cicalengka. Sungguh seperti tamu kehormatan, ketika kami turun sudah banyak para calo yang siap membawa barang-barang kami dan bertanya – Tanya mau kemana kami pergi. Lalu ada sebuah angkot yang kosong, dan disana kami nego untuk menentukan harga ke leuweung tiis. Tanpa berpikir panjang, akhirnya supir itu menerima tawaran kami. Namun, hanya beberapa ratus meter dari cicalengka, kami harus berhenti beberapa menit, karena angkot yang kami tumpangi itu kehabisan bensin. Supir pun menyuruh agar kami tetap tenang dan menunggu di dalam angkot. Kami pun hanya menurut saja.

Akhirnya supir itu membeli bensin dengan nebeng ke angkot orang lain. Dan akhirnya pak supr itu datang juga. Kami sedikit berburuk sangka , namun seseorang diantara kami menyuruh agar kami tetap positive thinking. Dan akhirnya angkot pun melanjutkan perjalanannya menuju leuweung tiis. Lalu supir angkot itu bertanya kepada kami : “bade leubeut lewat panto nu kasabaraha ?” ( translate : mau masuk lewat pintu berapa ?) gun-gun pun menjawab : “ emang aya sabaraha panto ? da nu urang nyaho mah dekeut tatangkalan we asupna” ( translate : memangnya ada berapa pintu ? yang saya tau masuknya dekat pepohonan) . lalu pak supir pun melanjutkan perjalanan. Ketika sudah tiba di dekat pepohonan, angkot pun berhenti dan pak supir bertanya lagi : “didieu jang ?” (translate: “disini mas?”)gun-gun pun menjawab : “hmm, entos we didieu a” ( translate : “hmm, ya sudah disini aja a”).

Tapi firasatku sangat tidak enak, karena yang saya tau bahwa leuweung tiis itu berada di dekat leles garut, tapi ini belum sampai leles saja sudah sampai. Dan ternyata “ wow” kami sudah sampai rupanya. Kami pun turun dari angkot itu. Dengan sangat yakin, kami masuk ke pinggir jalan raya yang dipenuhi dengan pohon bambu. Kami pun harus melewati rumah warga –warga sekitar, namun nampaknya ada yang aneh, karena anak-anak kecil yang sedang bermain bola itu melihat dengan tatapan yang sangat aneh, seolah-olah kami akan tinggal disana. Dan ternyata, “shit!” kita ditipu oleh supir angkot itu. Kita baru saja berada di jalan raya yang masih jauh dengan garut. Ternyata gun-gun yang kami percayai untuk menuntun kemping kami pun tidak tahu tempatnya. Begitu juga dengan supir yang telah menipu kami menurunkan di tengah jalan.

( to be continued in part 2)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar